Selasa, 11 Juni 2013

Taqiyyuddin Abul Abbas

Beliau adalah Syeikhul Islam Taqiyudin Abul Abbas, Ahmad bin Al Allamah (Syihabuddin Abil Mahasin) ‘Abdul Halim bin (Majdudin Abil Barakat) Abdussalam bin (Abi Muhammad) Abdullah bin (Abil Qosim) Al Khidr bin Muhammad bin Al Khidr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyah Al Harrani Ad Dimasyqi.
Lahir hari Senin 10 atau 12 Rabiul Awal tahun 661 H di Harran, ketika berumur 7 tahun, Ibnu Taimiyah beserta sekeluarga pindah ke Damaskus, di karenakan buruknya keadaan di Harran dan sekitarnya setelah di kuasai oleh bangsa Tartar.
Beliau tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan ilmu, kakek beliau Majdudin Abdussalam bin Abdullah adalah ulama ternama, penulis buku-buku yang bermanfaat diantaranya : “Al Muntaqa min Ahaditsil Ahkam”,”Al Mujarrad fil fiqh”. Ayah beliau Syihabuddin Abul Mahasin adalah Syaikh, hakim dan khotib negeri Harran setelah kematian ayahandanya Majdudin. Ayah Ibnu Taimiyah ini mempunyai 3 saudara yang semuanya adalah ulama dan orang pilihan.

Di lingkungan ilmu yang bagus inilah Ibnu Taimiyah tumbuh. Pertama kali ia belajar pada ayahandanya dan ulama Damaskus. Ia hafal Al Qur’an ketika masih kecil, lalu beliau belajar hadits, fiqh, ushul dan tafsir. Beliau terkenal dengan kecerdasan dan kuatnya hafalan sejak kecil. Kemudian, beliau mulai belajar berbagai bidang ilmu dan mendalaminya.
Al Barzali berkata,”Jumlah guru Ibnu Taimiyah mencapai ratusan ulama.”
Karena ketekunannya, beliau telah berfatwa dan mengajar, pada umurnya yang belum genap 20 tahun, saat usianya belum genap 30 tahun beliau sudah menjadi imam yang terkenal dengan keilmuan, keutamaan dan keimamannya. Ibnu Taimiyah mempunyai kedudukan yang agung di kalangan para ulama di masanya, di sebabkan :

  • Keluasan ilmu beliau. Ibnu Daqiq Al ‘Ied pernah berkata : “Ketika saya bermajlis dengan Ibnu Taimiyah, saya mendapati beliau seorang lelaki yang semua ilmu berada di kedua pelupuk matanya, beliau mengambil yang beliau inginkan dan meninggalkan yang beliau inginkan.” Saya katakan kepadanya,”Saya tidak mengira Allah masih menciptakan makhluk seperi anda.”
Sebagian ulama berkata : “Saat usianya baru menginjak 22 tahun ia sudah mengajar di Darul Hadits Asy Syukriyah, perguruan ternama yang hanya menerima tenaga pengajar pilihan. Kecerdasannya membuat guru-guru besar di sana berdecak kagum seraya memuji kebesaran Allah SWT, keluasan ilmunya terlihat dalam penguasaannya terhadap hampir semua bidang. Saat ia berbicara tentang fiqh seakan-akan ia hanya tahu tentang masalah fiqh. Begitu pun kalau ia berbicara tentang aqidah, ushul, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan ia sangat menguasai masing-masing bidang ilmu itu.
Ibnu Katsir, salah seorang muridnya, pernah menyatakan. “Sungguh, siapa pun mengakui kecermelangan guru saya yang usianya masih tergolong sangat muda itu.” Dari sekian disiplin ilmu yang di kuasainya, yang di gandrunginya adalah tafsir. Kabarnya, lebih dari 100 kitab tafsir telah dipelajarinya.
  • Jauhnya beliau dari jabatan dan pangkat negara. Beliau belum pernah menjadi qodhi, bahkan ketika beliau mendekam di penjara, beliau belum pernah makan makanan yang diberikan kepadanya di dalam penjara.
  • Jihad fi Sabilillah. Amar ma’ruf nahyi munkar, membantah golongan ahlul ahwa’ wal bida’. Beliau pernah menghancurkan berhala-berhala dan tempat-tempat sumber kemusyrikan. Beliapun mempunyai andil yang besar dalam jihad melawan bangsa Tartar, kaum Nasrani, dan kelompok-kelompok sesat dari kalangan kaum muslimin seperi ahli filsafat, ahli kalam, rofidhoh, batiniyah, shufiyah dll. Beliau menjelaskan kesesatan-kesesatan mereka dengan pena dan lisannya, dan menjihadinya dengan tangannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendapatkan cobaan yang banyak, sampai beliau bertemu dengan Allah dalam keadaan di penjara di Al Qol’ah di Damaskus.
Ibnu Taimiyah telah menulis risalah sangat banyak, sehingga susah untuk menghitungnya, bahkan sebagian ada yang hilang. Para ulama menyebutkan jumlah tulisan beliau mencapai 6 ribuan jilid. Orang yang memperhatikan tulisan-tulisan Ibnu Taimiyah akan merasa heran karena tulisan-tulisannya yang merupakan hasil dari kemampuan manusia yang serba terbatas, akan tetapi Allah memberikan keutamaannya kepada siapa yang Ia kehendaki. Diantara karyanya adalah Ash Shorimul Maslul ‘ala Syatimirosul, Al Hamawiyah, Minhajus sunnah An Nabawiyah, Al ‘Aqidah Al Wasithiyah, Amrodul Qulub, Majmu’ Fatawa dll.
Beliau wafat ketika di penjara di Al Qol’ah, Damaskus, malam Senin 20 Dzulqo’idah tahun 728 H, dalam umurnya yang ke 68. Para ahli sejarah menyerupakan jenazah beliau dengan jenazah Imam Ahmad bin Hambal. Pada hari kematiannya, seluruh manusia dari kalangan ulama, umara’ sampai orang yang memusuhinya menangisi beliau. Seluruh penduduk Damaskus dan sekitarnya keluar untuk menyaksikan dan mensholati jenazahnya. Semoga Allah merahmati beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar